BEBERAPA HAL
YANG BARU PADA KURIKULUM 2013
SD – MI
(Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah)
1.
Kurikulum 2013 berbasis pada sains.
2.
Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
3.
Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang
berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara
pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
4.
Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif,
afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling
melengkapi.
5.
Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:
o Pendidikan Agama
o PPKn
o Bahasa Indonesia
o Matematika
o IPA
o IPS
o Seni Budaya dan Prakarya (Muatan
Lokal; Mulok)
o Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (Muatan Lokal;Mulok)
6.
Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit
7.
Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30 jam,
kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam, kelas IV, V,VI=36 jam
KEBERHASILAN KURIKULUM 2013
Sedikitnya
ada dua faktor besar dalam ke berhasilan kurikulum 2013. Pertama, penentu,
yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan
kurikulum dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur;
(i) ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang
mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah
daam pembinaan dan pengawasan; dan (iii) penguatan manajemen dan budaya
sekolah.
Penjelasan Tambahan
BEBASIS PADA SAINS
|
Model Pendekatan Ilmiah Scientific Approach Pada Implementasi
Kurikulum2013
Kurikulum 2013 mengamanatkan
esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah
(scientific approach, saintifik) diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan
dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada
pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah
lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar
lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen. Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran.
Proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip,
atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria
seperti berikut ini:
1.
Substansi atau
materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2.
Penjelasan guru,
respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan
menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi
atau materi pembelajaran.
4.
Mendorong dan
menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan
menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi
pembelajaran.
6.
Berbasis pada
konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran
dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran pada Kurikulum
2013 harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk
hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran
ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
2.
Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak
selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan,
misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan
ciri-ciri kalimat efektif!
3.
Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan
situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran
dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu
tidak bermanfaat.
4.
Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami
konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun
harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
5.
Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran
Kolaboratif
Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat
personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas
sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup
manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai struktur interaksi yang
dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru
fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta
didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan
sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta
didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau
guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati,
saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.
Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.
Sumber :
http://info-data-guru-ptk.blogspot.com/2013/12/model-pendekatan-ilmiah-scientific.html
(posted on 8 Desember 2013, copied
on 16 Maret 2014)
METODE TEMATIK INTEGRATIF
Metode Tematik Integratif. Kurikulum 2013 SD/MI
menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai
kelas VI. Pada kurikulum KTSP pembelajaran tematik hanya diterapkan pada kelas
I sampai dengan kelas III, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI masih
menggunakan pendekatan mata pelajaran. Inti dari Kurikulum 2013, adalah
ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan
untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik
beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,
sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita
memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka
akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka
bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya,
memasuki masa depan yang lebih baik.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam
berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu
integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan
integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai
konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial.
Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik
seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik
integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan
manusia.
Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi
makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata
pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang
Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta
didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang
terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak.
Dalam metode tematik integratif, materi ajar tidak
disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu, melainkan dalam bentuk
tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Metode ini sudah
diterapkan di banyak sekolah. Karena dinilai berhasil, pemerintah lalu
mengadopsi dan berencana menerapkan metode ini secara nasional. Pada
kurikulum baru SD masing-masing kelas akan disediakan banyak tema. Umumnya tiap
tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda. Tema yang sudah dipilih itu
harus selesai diajarkan dalam jangka waktu satu tahun. Guru yang menentukan atau
memilih teknis pengajaran maupun durasi pembelajaran satu tema.
Satu tema yang dipilih oleh guru dapat diintegrasikan
pada enam mata pelajaran wajib yang ditentukan yaitu Agama, PPKn, Matematika,
bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kurikulum
baru SD ini menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian
berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi. Elemen perubahan kurikulum
untuk jenjang SD secara umum adalah holistik integratif berfokus pada alam,
sosial, dan budaya
Dengan adanya perubahan pendekatan pembelajaran pada
kurikulum 2013, maka ada penambahan sebanyak empat jam pelajaran per minggu.
Metode tematik integratif membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan
mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan. Untuk kelas I-III yang awalnya
belajar selama 26-28 jam dalam seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu.
Sedangkan untuk kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam per minggu di
sekolah bertambah menjadi 36 jam per minggu.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut
(Depdiknas, 2006):
- Berpusat
pada siswa, Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student
centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang
lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
- Memberikan
pengalaman langsung, Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman
langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
- Pemisahan
matapelajaran tidak begitu jelas, Dalam pembelajaran tematik
pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
- Menyajikan
konsep dari berbagai matapelajaran, Pembelajaran tematik menyajikan
konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
- Bersifat
fleksibel, Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
- Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
minat dan kebutuhannya.
- Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran
tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu
- Bersifat
kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang
dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya
pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau
ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang
dibahas.
- Bentuk
belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk
menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam
melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema
yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
- Efisiensi, Pembelajaran
tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban
materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat
mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat
Sumber :
http://mastugino.blogspot.com/2013/08/metode-tematik-integratif.html
(Posted on
PEMBELAJARAN
HOLISTIK
Pembelajaran
holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain
sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik,
diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih efektif jika semua aspek pribadinya
(pikiran, tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.
Pembelajaran
holistik dapat dilaksanakan dengan 2 macam metode:
- Belajar melalui keseluruhan bagian otak: Bahan palajaran dipelajari
dengan melibatkan sebanyak mungkin indera; juga melibatkan berbagai
tingkatan keterlibatan, yaitu: indera, emosional, dan intelektual.
- Belajar melalui kecerdasan majemuk (multiple
intelligences): Siswa mempelajari materi pelajaran dengan
menggunakan jenis kecerdasan yang paling menonjol dalam dirnya.
Ada beberapa
teknik pembelajaran holistik:
- Mengajukan pertanyaan: Siswa menanyakan beberapa hal
seperti: [1] Apa yang sedang dipelajari? [2] Apa hubungannya dengan
topik-topik lain dalam bab yang sama? [3] Apa hubungannya dengan
topik-topik lain dalam mata pelajaran yang sama? [4] Adakah hubungannya
dengan topik-topik dalam mata pelajaran lain? [5] Adakah hubungannya
dengan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari?
- Memvisualkan informasi: Guru mengajak siswa untuk
menyajikan informasi dalam bentuk gambar, diagram, atau sketsa. Objek atau
situasi yang terkait dengan informasi disajikan dalam gambar; sedangkan
hubungan informasi itu dengan topik-topik lain dinyatakan dengan diagram.
Gambar atau diagram tidak harus indah atau tepat, yang penting bisa
mewakili apa yang dibayangkan oleh siswa. Jadi gambar atau diagram dapat
berupa sketsa atau coretan kasar. Setelah siswa memvisualkan informasi,
mereka dapat diminta menerangkan maksud gambar, diagram, atau sketsa yang
dibuatnya.
- Merasakan informasi: Jika informasi tidak dapat
atau sukar divisualkan, siswa dapat menangkapnya dengan menggunakan indera
lainnya. Misalnya dengan meraba, mengecap, membau, mendengar, atau
memperagakan.
Sumber :
http://p4-usd.blogspot.com/2009/05/pembelajaran-holistik.html
(Posted on Monday, 9 May, 2009, Copied 16 Maret 201